JURNAL HARIANKOTA – Jika pada umumnya peti mati terbuat dari kayu, namun di Desa Wisata Rotan Trangsan, Gatak, Sukoharjo, Jawa Tengah (Jateng) ada pengrajin membuat inovasi peti mati dari bahan rotan.
Peti mati anti mainstream ini rupanya banyak diminati orang dari luar negeri. Buah kreativitas tangan trampil itu telah menembus pasar ekspor ke berbagai negara di Eropa, terutama di Jerman, Inggris dan Belanda.
Rotan sebagai bahan utamanya, rupanya sangat diminati oleh konsumen asing karena ramah lingkungan mudah terurai di tanah, dan juga dapat mengurangi dampak negatif lingkungan dari pemakaman.
Ugal-Ugalan Diduga Bawa Mobil Rampasan, WNA Asal Jerman Diamankan Polisi di Bali
Peti mati unik dari Desa Trangsan ini dibuat dengan tangan dan harus melalui tahapan yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran dalam menenun untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
“Awalnya (diekspor) ke Belanda, terus ke Inggris. Sekarang ada yang sampai ke Australia. Kalau ke Amerika juga ada, tapi belum banyak,” kata Purwanto pengrajin sekaligus pemilik usaha peti mati rotan saat ditemui di lokasi pembuatan di Dukuh Gesingan, Trangsan, Gatak, Sukoharjo, Sabtu (24/9/2022).
Menurut pengrajin yang mengaku telah 17 tahun menekuni pembuatan peti mati rotan ini, awal mulai mendapat pesanan peti mati rotan karena adanya kampanye dari organisasi pecinta lingkungan hidup di Eropa, yang menggaungkan pengunaan bahan ramah lingkungan agar tidak merusak hutan.
Advokat Wajib Tahu, Penggunaan Aplikasi e-BERPADU Mulai Disosialisasikan PN Sukoharjo
“Modelnya (bentuk-Red) itu memang permintaan dari buyer atau agen yang dari luar negeri. Awalnya mereka datang minta dibuatkan sampel, setelah cocok akhirnya pesan terus sampai sekarang. Untuk design dan ukurannya, semua dari sana, kami tinggal mengerjakan saja,” ungkapnya.
Meski pandemi Covid-19 melanda, Purwanto mengaku tidak terlalu menjadi kendala dalam pengiriman ke luar negeri. Kendala yang paling sering ditemui adalah kesulitan mendapat pasokan bahan baku, dan jumlah pekerja.
“Karena para pekerja ditempat saya ini, sebagian adalah petani. Jadi kalau pas panen, mereka ke sawah dulu. Kemarin waktu pandemi, untuk order peti mati rotan tidak ada pengaruh. Pengaruhnya paling soal waktu pengiriman menggunakan kapal yang agak lama,” ungkapnya.
Kasus Perusakan Tembok Bekas Benteng Keraton Kartasura, Kinerja PPNS BPCB Jateng Dipertanyakan
Menyingung soal harga peti mati rotan, Purwanto menyebut pada kisaran angka Rp1 juta hingga Rp 2 juta. Hal itu tergantung model dan tingkat kerumitan dalam pembuatannya. Dalam satu bulan, ia bisa mengekspor antara 400 -500 peti mati rotan. (Sapto)