JURNAL HARIANKOTA, JAKARTA – Bagi petani tepi Sungai Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar), lada bukan hanya sekedar rempah yang tumbuh di sekitar hunian warga desa dan bumbu penyedap rasa.
Tanaman yang tumbuh disangga kayu kokoh ini juga mampu menopang ketahanan ekonomi warga yang bermukim di sejumlah desa di lintasan jalur sungai itu.
Petani lada yang telah dibudidayakan lebih dari tiga generasi ini telah mengantarkan anak-anak Desa Sendoyan menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Ikut Partisipasi Puncak Hakordia 2022, LPEI Dukung Gerakan Anti Korupsi
Haji Muslimin, yang bermukim lebih dari 30 tahun mengungkapkan rasa bahagianya ketika bersama kepala desa dan pengurus koperasi petani lada meninjau kebun lada.
“Anak saya 7 orang. Alhamdulillah sudah lulus sekolah dan bekerja dari hasil lada ini. Ada yang menjadi sarjana pertanian, sarjana kehutanan, dan guru,” ujar Muslimin, tokoh masyarakat Dusun Batu Layar yang terus bersemangat untuk mengelola lahan tanaman ladanya bersama keluarga.
Tumbuhan lada yang tertata rapi menyelimuti sebagian lahan hijau bumi Borneo ini sempat mengalami masa kejayaan dengan bibit unggul varietas Bengkayang.
Dongkrak Kapasitas Produksi, LPEI Fasilitasi Desa Devisa Klaster Udang di Situbondo
Melalui koperasi yang awalnya diinisiasi oleh tiga srikandi Sambas, petani lada mencoba bangkit dengan nilai tambah produk olahan lada bubuk yang telah dipasarkan sampai ke negeri seberang, Malaysia.
Haji Muslimin mengakui bahwa dulu ia tak pernah berpikir akan mampu mewujudkan mimpi bahwa petani akan berangkat ke baitullah menunaikan ibadah haji. Namun dengan kegigihan dan kerja keras, ia bersama beberapa petani lainnya telah menunaikan ibadah haji.
Sebagai wilayah 3T (tertinggal, terpencil, dan terluar) perbatasan NKRI yang hanya berjarak kurang dari 200 km dari Kota Kuching Malaysia, Kabupaten Sambas tengah digempur dengan rentetan ancaman ekonomi yang dibawa bersamaan masuknya produk-produk buatan Malaysia.
Sasar Generasi Muda, LPEI Bekali Edukasi Ekspor di MOFEST 2022