JURNAL HARIANKOTA – Puluhan kain hasil karya seni tehnik paperpiecing digelar dalam pameran dan workshop Solo Quilt Exhibition 2022 di Grand Rukmi Hall Hotel Lor In Solo, Jawa Tengah (Jateng) selama dua hari, Sabtu- Minggu (29-30/10/2022).
Pameran patchwork dan quilting tehnik paperpiecing dengan pattern karya Judy Niemeyer ini baru kali pertama digelar dengan disertai workshop menghadirkan peserta ada yang dari luar negeri.
Ketua Panitia Penyelenggara, Sinambrela Sinuraya atau biasa disapa Bella, menyampaikan tujuan pameran dan workshop bertajuk “Solo Quilt Exhibition 2022” ini, menitikberatkan untuk mengedukasi masyarakat tentang kain patchwork yang sekarang sudah menjadi bagian dari karya seni.
Update Penanganan Covid-19 Indonesia, Kasus Sembuh Perlahan Bertambah
“Terutama memberi pemahaman bahwa kain batik Bali yang sebenarnya buatan Solo dan Sukoharjo dan dikenal dengan nama batik smoke itu, memiliki nilai ekonomi tinggi jika dimanfaatkan sebagai bahan membuat kerajinan Patchwork dan Quilt,” kata Bella saat saat pembukaan pameran, Sabtu (29/10/2022).
Melalui pameran dan workshop tersebut, diharapkan dapat memotivasi para pengusaha maupun perajin batik di Solo Raya untuk berani membuat kreasi kerajinan kain batik bernilai ekonomi tinggi. Sebab selama ini, sejumlah kain batik dengan brand luar negeri maupun yang ada di Bali, ternyata dari Solo Raya.
“Daripada pengusaha dari luar yang mendapat keuntungan dari kain batik produksi Solo yang bagus-bagus ini, kenapa tidak dari pengusaha Solo sendiri saja. Sehingga kita (Solo-Red) yang sebenarnya menjadi tempat produksi, akan makin dikenal,” ucapnya.
Kadilangu Sukoharjo Buka Lowongan Kades, Pendaftaran Dibuka Serentak Bersama 13 Desa
Menyinggung tentang karya dalam pameran, Bella menjelaskan, ada 49 kain quilt pattern karya Judy Niemeyer. Sedangkan untuk workshop, diikuti oleh sekira 50 peserta, diantaranya ada kelas internasional dengan peserta ada yang dari Singapura.
Wiwik Winarni, instruktur quilting yang beberapa karya patternnya dipajang dalam pameran kali ini, mengatakan peyelenggaraan pameran merupakan bentuk apresiasi terhadap pengrajin yang telah membuat karya kain patchwork.
“Kebanyakan para crafter (perajin) dan quilter (pembuat selimut) akan sangat senang sekali jika karya bisa diapresiasi oleh khalayak. Sehingga kami memiliki gagasan membuat pameran di Solo, karena Solo sebagai kota tempat produksi batik,” tandas Wiwik. (Sapto)