JURNAL HARIANKOTA– Komisi II DPR RI bersama Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP), menggelar sosialisasi bertema “Gotong Royong Membumikan Pancasila” di Solo Raya bertempat di Hotel Lor In, Karanganyar, Jateng, Minggu (14/8/2022).
Berkaca dari peristiwa pemaksaan pemakaian jilbab terhadap siswi di salah satu SMA Bantul, DIY, yang menjadi sorotan luas, maka sosialisasi tentang nilai-nilai luhur Pancasila menjadi penting.
Peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu itu, telah menciderai semangat nilai -nilai yang terkandung dalam semboyan Pancasila yaitu, “Bhinneka Tunggal Ika”.
Produksi Beras Meningkat, Presiden Joko Widodo Terima Penghargaan dari IRRI
Dalam sosialisasi ini, anggota Komisi II DPR RI Mohammad Toha, saat diminta menanggapi peristiwa itu mengatakan, pemaksaan pemakaian jilbab di sekolah menunjukkan tidak adanya toleransi.
“Salah satu nilai luhur Pancasila itu kan yang paling penting toleransi. Penjabaran toleransi adalah, mengakui, menyadari, dan membiarkan. Bahkan juga menghormati perbedaan yang dilakukan oleh orang lain,” kata Toha.
Ia menyayangkan perilaku yang terindikasi intoleransi tersebut justru terjadi di dunia pendidikan. Seperti ramai dikabarkan, justru pihak sekolah yang dituding sebagai biangnya.
Dicari 6.179 Pendamping Proses Produk Halal Kemenag, Simak Syarat dan Caranya Mendaftar
“Kalau mereka punya keyakinan tidak mau memakai jilbab, ya jangan dipaksakan,” kata mantan Wakil Bupati Sukoharjo dua periode, 2000-2005 dan 2005-2010 ini.
Menurut Toha, dari peristiwa tersebut ada kemungkinan kesalahan sistem, atau bisa juga lingkungan sekolah yang salah, yakni para guru pangajarnya atau muridnya.
“Artinya, mereka (di sekolah itu) belum memahami betul nilai-nilai luhur Pancasila. Mereka belum paham tentang toleransi sehingga tidak dapat mengimplementasikannya,” tegasnya.
Dorong UMKM Menembus Ekspor, LPEI Turut Andil Tingkatkan Pengetahuan Masyarakat