JURNAL HARIANKOTA – Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dimanfaatkan oleh Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, memberikan bimbingan dan penyuluhan (Binluh) kepada siswa-siswi di SMA Unggulan CT Arsa Foundation, Sukoharjo, Jawa Tengah (Jateng), Kamis (14/7/2022).
Dihadapan sekira 200 siswa-siswi sekolah tersebut, Kapolres menyampaikan materi tentang bahaya terorisme, radikalisme, dan ekstremisme.
Wahyu menyampaikan, bahwa seseorang dapat terpengaruh radikalisme dilatarbelakangi karena ketidakadilan sosial, kesenjangan, dendam politik, dan pandangan yang salah tentang agama.
Kapolda Kalbar Ungkap Kasus Penambangan Emas Liar Senilai Rp66 Miliar, 75 Orang jadi Tersangka
“Dimana seseorang yang terpengaruh radikalisme memiliki ciri-ciri seperti sikap mental yang mendua (split personality) lantaran harus hidup dalam dua dunia yang berbeda, cenderung menjadi pribadi tertutup dan tertekan, manipulatif serta minim empati,” sebutnya.
Selain itu, lanjutnya, mudah mengkafirkan orang diluar kelompoknya, menghalalkan segala cara dalam menuntaskan tujuannya, disharmonisasi hubungan dengan keluarga, teman dan lingkungan sekitar. Serta resistensi terhadap pemerintah yang dianggap kafir.
“Pola penyebaran paham radikalisme dan terorisme dapat terjadi pada media massa, meliputi internet, buku, dan majalah,” ungkapnya.
Dugaan Penyimpangan Lelang Proyek, Pokja Pemilihan 1 Pemda Kebumen Digugat di PTUN Semarang
Kemudian juga bisa melalui komunikasi langsung dalam bentuk dakwah, diskusi atau bedah buku dan pertemanan, hubungan kekeluargaan dengan bentuk pernikahan, kerabatan dan keluarga inti. Serta lembaga pendidikan di sekolah, pesantren maupun perguruan tinggi.
“Jadi kita harus bisa berhati-hati, dan dapat memfilter terkait dengan informasi-informasi dari internet yang belum tentu benar. Dan saya berpesan kepada adik-adik agar berhati-hati lagi dalam belajar melalui internet,” tegas Kapolres.
Di kesempatan ini, Wahyu juga memberikan tips-tips agar terhindar dari terosisme, radikalisme dan ekstremisme. Yaitu, dengan cara mempelajari Islam dengan paripurna kepada kyai atau ahlinya.
Duh, Seorang Bocah 8 Tahun di Jepara Tubuhnya Terbakar 80 Persen Akibat Bermain Api
“Mengenali modus perekrutan teroris dan kelompok radikal lain, menolak dengan tegas bila diajak kajian dengan sembunyi-sembunyi, berdialog kepada kyai atau orang lain bila mendapat materi Islam yang tidak dimengerti.
“Harus Kritis walaupun dalam konteks agama agar tidak mudah tersugesti yang merupakan pintu awal perekrutan, dan pahami bahwa Islam Itu indah, tunjukkan Islam rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh umat),” paparnya.
Ditambahkan, kata kunci mengenali suatu ajakan yang tidak baik adalah apabila ada ustadz atau kelompok pengajian yang mengajarkan kebencian kepada negara dan pemerintah serta kelompok lain.
“Jika ada menemukan hal seperti itu, maka tinggalkan,” tandas Wahyu.***