JURNAL HARIANKOTA – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) terus berupaya meningkatkan kualitas lulusannya. Rektor UMS Sofyan Anif, selaku pimpinan selalu memantau proses perkembangan pembelajaran mahasiswanya, termasuk mereka yang kini tengah mengambil program double degree di universitas luar negeri.
Jalinan kerjasama program double degree UMS dilakukan dengan perguruan tinggi mitranya di luar negeri, diantaranya dari Australia, Malaysia, Thailand, China, Taiwan, Inggris, dan Korea Selatan (Korsel).
Untuk kepentingan pemantauan itu, Rektor UMS pada, Minggu (28/8/2022) menyambangi mahasiswanya yang tengah mengambil program double degree di empat perguruan tinggi di Korsel, yakni di Dong A University, Dong-Eui University, Youngsan University dan Tongmyong University.
Munas IKA Alumni UMS, Aditya Warman Terpilih Jabat Ketua Periode 2022-2025
Dalam kunjungan ini, Rektor tidak berangkat sendiri, ia datang bersama Wakil Rektor V UMS, Supriyono, serta tiga kepala Bidang (Kabid) BKUI yakni, Wijianto Kabid Pengembangan Kelas Internasional, Danny Vitasari Kabid Bidang Kerjasama Akademik, dan Fajar Suryawan Kabid Management Data dan Pemeringkatan.
“Kami memantau langsung, dan memberikan motivasi agar mahasiswa kami yang mengambil program double degree di Korsel, bisa lulus tepat waktu dengan hasil maksimal,” papar Rektor saat dihubungi, Selasa (30/8/202), dilansir dari Humas UMS.
Di hadapan mahasiswa UMS yang kuliah di Korsel, Rektor yang melakukan pertemuan disalah satu rumah makan di Busan, Korsel, berpesan agar mereka cepat lulus dan segera mengabdi ke tanah air. Dari 27 mahasiswa double degree itu, hadir 18 orang.
Kunker di Solo, Menko PMK Muhadjir Effendy Tinjau Pembangunan Rumah Sakit UMS
“Kami merasa sangat terkesan begitu dipedulikan para pimpinan UMS, sebab pak Rektor menyambangi kami sampai ke Korsel,” kata Candra salah satu mahasiswa yang kuliah di Dong A University, jurusan Mechanical Engineering.
Wakil Rektor V, Supriyono, mengungkapkan, sebagai bagian dari pengelola UMS, pihaknya wajib memompa semangat mahasiswa yang sedang menimba ilmu di negeri Gingseng, maupun di negara lainnya.
“Mereka adalah para duta UMS, sekaligus kader Muhammadiyah sehingga harus menjadi teladan bagi adik-adik mahasiswanya, serta generasi muda pada umumnya. Para duta itu, diharapkan mampu bersaing di era masyarakat global,” ucapnya.
Terus Berpacu di Kancah Perguruan Tinggi Islam Dunia, UMS Kembali Menambah 2 Guru Besar
Menurutnya, mereka yang kuliah di Korsel lebih diuntungkan dalam memperebutkan pasaran kerja. Banyak industri Korsel yang ada di Indonesia, memprioritaskan calon pekerjanya yang pernah belajar di Korsel.
Supriyono mengakui stigma negatif bangsa Asia soal pekerja belum sepenuhnya hilang di Korsel, sebab mereka masih memandang lulusan Asia kalah kualitas dengan pekerja dari Eropa dan Amerika.
“Orang orang Korsel masih menilai bangsa Eropa dan Amerika lebih berkualitas. Inilah saatnya, lulusan UMS harus merubah keadaan,” pungkasnya.***