Yang pertama adalah, selalu waspada dengan judul yang provokatif. Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi lain.
“Apabila menjumpai berita dengan judul provokatif, sebaiknya mencari referensi berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang,” ujarnya.
Kedua, jika informasi yang diperoleh didapat dari website, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi (misalnya menggunakan domain blog), maka informasinya bisa dibilang meragukan.
KPU Sukoharjo Lantik 60 PPK Pemilu 2024, Bupati Ingatkan Banyak Rintangan Menghadang
Selanjutnya, cek fakta darimana sumber berita dan siapa narasumbernya. Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.
Tips terakhir adalah, pastikan foto yang dilampirkan asli dan terkini. Pada era teknologi digital saat ini, bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video.
Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca. Pembaca bisa memanfaatkan situs yang menyediakan layanan pencarian yang telah ada untuk mengecek keaslian foto.
“Salah cara mengecek keaslian foto adalah dengan memanfaatkan mesin pencarian Google Images di internet. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan,” pungkasnya. (ARM)