Dan kedepan alat tersebut juga akan dibuat secara masal, tentu tidak lain untuk menambah ragam inovasi dalam dunia kesehatan.
“Dengan biaya produksi sebesar 7 juta rupiah, menurut kami itu nilai yang kecil untuk inovasi dalam dunia kesehatan. Dan kedepan kami akan menjalin kerjasama dengan perusahaan yang nantinya dapat di komersialkan,” ungkapnya.
Terakhir, dia berharap lewat inovasinya bersama tim dapat memberikan warna baru dalam dunia kesehatan.
Masyarakat dapat mengidentifikasi sejak dini terindikasi gejala dari penyakit rematik, dengan begitu pasien dapat segera dibawa ke rumah sakit untuk nantinya dilakukan pengobatan lebih lanjut.
Dia juga berpesan kepada mahasiswa khususnya jas merah kampus putih untuk tidak bosan-bosan berfikir dan menciptakan produk inovatif.
“Dahulu para penemu inovasi terbarukan itu banyak yang masih berusia muda. Dan anak muda saat pasti juga masih bisa melakukan hal tersebut. Jangan bosan dalam berinovasi, karena segala inovasi itu tentu ada manfaatnya,” pesannya. (ARM)