PURWOREJO, JURNAL HARIANKOTA – Kepala BKKBN RI Dr (HC) dr Hasto Wardoyo SpOG (K) menghadiri acara Sinergi dan Kolaborasi Tenaga Lini Lapangan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting di Pendopo Rumah Dinas Bupati Purworejo, Jum’at (21/6/24).
Kedatangannya disambut Bupati Purworejo Hj Yuli Hastuti SH dan Pj Sekda Drs Achmad Kurniawan Kadir MPA beserta pejabat Perangkat Daerah terkait. Dalam kesempatan ini Bupati didampingi Kepala BKKBN RI menyerahkan santunan secara simbolis untuk 10 penerima manfaat.
Dalam sambutannya Bupati mengatakan bahwa berdasarkan Survey Kesehatan Indonesia (SKI), angka stunting di Kabupaten Purworejo masih cukup tinggi yakni 20,6 persen di tahun 2023.
Meski demikian angka tersebut sudah mengalami penurunan 0,7 persen dari tahun 2022 sebesar 21,3 persen. Untuk itu, Bupati minta jajarannya harus bekerja lebih keras dan lebih cerdas dalam menanganinya.
“Stunting bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi yang berdampak pada masa depan anak-anak kita dan bangsa ini. Oleh karena itu sinergi dan kolaborasi harus terus ditingkatkan,” tandasnya.
Kepala BKKBN menegaskan bahwa kader, tim pendamping keluarga, PKK, bidan, bukan segala-segalanya. Tapi tanpa mereka, pemerintah tidak ada apa-apanya.
Lebih lanjut dipaparkan bahwa sekarang ini memang era bonus demografi, yang membuat tekanan tersendiri. Maka kita yang harus merubah sikap. “Karena yang namanya era bonus demografi itu, SDM-nya harus unggul, stuntingnya harus rendah, ” tegasnya.
Dijelaskan bahwa pada era bonus demografi, banyak orang muda yang produktif, yang tua belum terlalu banyak. Orang-orang muda KB-nya sukses, sehingga jumlah anaknya tidak terlalu banyak.
”Kalau mau kaya ya sekarang, kalau tidak sekarang kapan lagi, kalau tidak oleh kita oleh siapa lagi. Coba dibayangkan dalam satu rumah tangga yang kerja empat orang, neneknya tinggal satu, balitanya cuma satu atau dua. Nek ra sugih yo kebangetan,” katanya.
Saat sesi doorstop, Kepala BKKBN optimis bahwa Kabupaten Purworejo dapat menurunkan angka stunting dibawah 20 persen. Namun ia minta agar 1500 TPK (tim pendamping keluarga) yang ada, untuk terus meningkatkan kinerjanya.
Dimintai pendapatnya, Asri yang merupakan salah satu penyuluh KB mengungkapkan, dalam menyongsong generasi emas dibutuhkan langkah yang tepat, sesuai dengan permasalahan yang marak di lingkungan remaja.
Salah satunya remaja diberikan edukasi untuk menghindarkan diri dari seks bebas, pernikahan dini dan napza.
“Peran Lini Lapangan, penyuluh KB dan PPKBD menjadi ujung tombak menyukseskan program ini. Selain itu, pada tingkat dasar sangat penting kolaborasi lintas sektor dan langkah pasti, yakni edukasi calon pengantin, pendampingan dengan kader TPK, intervensi serentak melalui posyandu dan pemantauan ibu hamil sampai melahirkan,” katanya.(raditya)