Rekan Jadi Korban Pembacokan, Ratusan Anggota PSHT Klaten Gelar Doa Bersama di TKP

Selain doa bersama, mereka juga menyampaikan dukungan kepada pihak kepolisian untuk segera menangkap para pelaku sekaligus mengungkap motif pembacokan yang mengakibatkan korban mengalami luka cukup serius

20 Juli 2024, 20:14 WIB

KLATEN, JURNAL HARIANKOTA – Doa bersama sebagai bentuk solidaritas terhadap rekan yang menjadi korban pembacokan oleh sekelompok orang yang hingga kini belum terungkap, dilakukan ratusan anggota Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Klaten.

Sekira 500 orang hadir dengan pengamanan ketat aparat polisi melakukan doa bersama. Aksi itu dilakukan di lokasi tempat kejadian perkara (TKP) di jalan raya Cokro-Delanggu, Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Sabtu (20/7/2024).

Selain doa bersama, mereka juga menyampaikan dukungan kepada pihak kepolisian untuk segera menangkap para pelaku sekaligus mengungkap motif pembacokan yang mengakibatkan korban bernama Murdiyanto, anggota PSHT mengalami luka cukup serius. Selain itu, sepeda motornya juga dibakar oleh para pelaku.

“Kami Keluarga Besar PSHT, taat dan menghormati hukum yang berlaku di Negara Republik Indonesia, menuntut supaya keadilan dapat ditegakkan. Karena tidak akan ada kedamaian jika tidak ada keadilan,” kata salah satu anggota PSHT mengutip pernyataan sikap yang dibacakannya.

“Kami Keluarga Besar PSHT, mendukung dan mendorong Kepolisian Republik Indonesia khususnya Kepolisian Resort Klaten, untuk sesegera mungkin mengungkap, menangkap, dan memproses hukum pelaku peristiwa penganiayaan serta pembacokan terhadap Saudara M dengan seadil-adilnya,” tegas isi pernyataan sikap itu.

“Aksi siang ini sebagai pengingat peristiwa penganiayaan yang dialami saudara kami. Kemudian kegiatan siang ini untuk mendorong pihak kepolisian segera mengungkap dan menangkap pelaku penganiayaan saudara kami. Ada sekitar 500 orang yang datang dari ranting terdekat,” kata Ketua Cabang PSHT Klaten, Widiyanto.

Penasehat hukum korban dari LKBH dan biro hukum PSHT, Asror Mukti Adi, menambahkan, aksi solidaritas yang dilakukan merupakan laku pepe (ritual berjemur di bawah terik siang matahari-Red).

“Aksi pepe ini menjemur diri. Jadi kalau dulu kearifan lokal saat mencari keadilan dengan menjemur diri supaya mendapatkan perhatian, supaya permasalahan segera terselesaikan,” kata Asror.

Menyinggung tentang kondisi korban saat ini, ia menjelaskan Murdiyanto yang harus diamputasi tangan kanannya hingga sebatas siku masih belum bisa diajak komunikasi. Korban baru bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat.

“Sama sekali belum bisa (komunikasi). Hanya bisa komunikasi dengan isyarat, hanya bisa mengangguk. Rencananya pada Senin besuk akan menjalani operasi kedua karena ada infeksi (pada bekas luka amputasi tangan kanan),” ungkapnya.

Selaku kuasa hukum, Asror mendorong Polres Klaten bisa segera menangkap para pelaku dan mengungkap motif penganiayaan yang juga pembakaran sepeda motor milik korban.

Sebelumnya, Kapolres Klaten AKBP Warsono, bersama sejumlah pejabat utama (PJU) menjenguk korban yang dirawat di RSUD dr. Moewardi Solo, Rabu (17/7/2024). Pada kesempatan itu, Polres Klaten menyampaikan bahwa pihaknya terus melakukan penyelidikan.

“Kami juga menyampaikan bahwa korban saat ini sudah berangsur membaik kondisinya dan kita doakan semoga terus semakin membaik dan bisa berkomunikasi dengan kita memberikan keterangan-keterangan mengenai kejadian tersebut,” pungkas Kapolres. (Sapto)

Berita Lainnya

Berita Terkini