DEMAK, JURNAL HARIANKOTA – Yayasan Kyai Ageng Giri Pondok Pesantren Giri Kusumo kembali mengadakan Grebeg Suro di Desa Banyumeneng, Mranggen, Demak, Jawa Tengah. Acara ini dimaksudkan untuk menyambut tahun baru hijriah, Minggu (7/7/2024).
Putra Mbah Munif sekaligus Pengurus Yayasan Pesantren Kyai Giri Kusumo, Gus Hanif Maimun, mengatakan bahwa Grebeg Suro dan Kirab Budaya merupakan kegiatan tahunan yang sudah berlangsung sejak tahun 2014 dan pada tahun ini merupakan perayaan ke 10.
“Tujuan utama dari Grebeg Suro ini adalah melestarikan kebudayaan leluhur dan kasepuhan, terutama yang terdapat di Pesantren Kyai Giri Kusumo,” kata Gus Hanif.
“Kegiatan ini juga merupakan salah satu bentuk doa dari semua civitas akademika para ustadz dan ustazah, serta guru yang ada di pesantren dan yayasan untuk menyambut tahun baru hijriah satu Muharram,” tambahnya.
Grebeg Suro diisi dengan kirab budaya pusaka Girikusumo yang diikuti oleh sesepuh, abdi dalem, dewan adat, dan berbagai pasukan seperti Pasukan Songo, Pasukan Patang Puluh, serta kelompok musik tradisional.
Kirab dimulai dari halaman Masjid Ageng Girikusumo “Bait Al Salam” menuju Masjid “Baitul Musthofa” Makam Kasepuhan Girikusumo. Pusaka yang dikirab berupa empat jubah agung dari pengasuh terdahulu.
“Terdapat empat pusaka yang dikirab, yaitu pusaka Simbah Buyut Muhammad Hadi, Simbah Buyut Ahmad Zaid, Simbah Zainuri, dan Simbah Muhammad Zuhri. Selain itu, air tirtawening yang diambil dari sumber sumur kasepuhan yang dibuat pada zaman Simbah Buyut Muhammad Hadi juga ikut dikirab,” ujarnya.
Dalam kegiatan Grebeg Suro juga terdapat 4 Gunungan yang berisikan hasil tanah seperti sayur-sayuran serta nasi tumpeng yang turut dikirab mengikuti pusaka-pusaka tersebut.
Selain itu, terdapat pula Air Tirtowening yang merupakan air mujahadah yang telah didoakan sehari sebelumnya. Air ini kemudian dimasukkan ke dalam kendi dan diarak bersama pusaka yang ada di pesantren, sebagai simbol harapan keberkahan bagi masyarakat setempat.
“Gunungan yang berisi bahan makanan merupakan bentuk sodakoh dari semua guru pesantren dan yayasan untuk masyarakat yang mengikuti kegiatan Grebeg Suro,” pungkas Gus Hanif.
Setelah kirab, tumpeng dan air kendi menjadi rebutan warga yang mencari berkah. Ia mengatakan bahwa Gunungan dan kendi patangpuluhan memiliki makna sebagai perantara keberkahan. Air dalam kendi merupakan air mujahadah yang telah didoakan sehari sebelumnya.(raka)