Panen Raya Sorgum di Desa Raji, Bupati Demak Apresiasi Upaya Pertanian Inovatif

Pengembangan sorgum mencakup berbagai produk yang bukan hanya dijadikan sebagai beras pendampaing nasi, batangnya yang sebelumnya dibuang sekarang sudah bisa diolah menjadi briket dan pakan hewan ternak

19 Juli 2024, 10:29 WIB

DEMAK, JURNAL HARIANKOTAPanen Raya Sorgum di Desa Raji, Kabupaten Demak, dihadiri oleh Bupati Demak, Eisti’anah, yang mengapresiasi hasil pertanian serta pengolahan inovatif dari Sorgum yang digerakkan oleh kelompok tani setempat, Jumat (19/7/2024).

“Kami apresiasi luar biasa sekali di bawah binaan dari kantor ATR/BPN dan dari bapak Kepala Desa ini menggerakkan masyarakatnya untuk bertanam sorgum,” ujar Eisti’anah.

Ia menyatakan bahwa pengembangan sorgum di Desa Raji mencakup berbagai produk yang bukan hanya dijadikan sebagai beras pendampaing nasi, juga batangnya yang sebelumnya dibuang namun sekarang sudah bisa diolah menjadi briket dan pakan hewan ternak.

“Yang sedang dikembangkan tidak hanya buah sorgumnya saja tapi juga diproduksi sebagai beras pengganti padi dan bisa diolah menjadi tepung makanan dan yang terbaru adalah batangnya yang diolah menjadi briket dan sebagai pakan ternak,” tambahnya.

Bupati juga menekankan kolaborasi dengan PT. Djarum dalam penyediaan pupuk organik. Ia mengatakan bahwa PT. Djarum siap memfasilitasi kebutuhan pupuk yang telah diolah dari PT. Djarum sendiri untuk mengatasi keluhan masyarakat terkait kekurangan pupuk.

Eisti’anah menambahkan bahwa demi peningkatan perekonomian petani, pemerintah akan mengakomodir kebutuhan secara bertahap mengingat banyaknya daerah yang membutuhkan perhatian serupa.

Pengurus Kelompok Tani Mergo Santoso Desa Raji, Ayik Buchori menyebutkan efisiensi tanaman sorgum dari segi biaya dan hasil panen. Menurutnya, untuk satu hektar sorgum, biaya produksi hanya 5 juta rupiah dengan hasil panen mencapai 5 ton, memberikan keuntungan 20 juta rupiah dalam waktu tiga bulan.

“Alhamdulillah, untuk tanaman sorgum ini, untuk satu hektarnya kita hanya butuh biaya produksi 5 juta. Dan hasilnya bisa sampai 5 ton dengan asumsi harga 5 ribu itu bisa 25 juta,” jelas Ayik.

Tantangan terbesar yang dihadapi adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang manfaat sorgum. Ayik menyatakan bahwa banyak yang menganggap sorgum sebagai tanaman kuno sehingga belum bisa diterima sebagai makanan pokok, terutama oleh generasi muda.

“Tantangan terbesarnya, ini masyarakat kami ini masih belum banyak yang belum paham untuk manfaat sorgum ini. Karena sorgum ini kan masih dianggap tanaman kuno. Jadi untuk pangan mereka masih merasa ini belum bisa jadi makanan pokok manusia,” kata Ayik.

Ayik Buchori juga menambahkan bahwa sorgum dapat diolah menjadi berbagai produk makanan seperti mie, donat, roti, dan kerupuk, sehingga diversifikasi produk dapat meningkatkan nilai tambah bagi petani.(raka)

Berita Lainnya

Berita Terkini