Kotak Kosong Apa Bunyinya?

Cita-cita demokrasi apa yang ingin kita wujudkan dengan pemilihan elektoral pasangan calon tunggal melawan kotak kosong?

29 Juli 2024, 09:47 WIB

SUKOHARJO, JURNAL HARIANKOTA – Belakangan mencuat pernyataan optimisme PDIP menang melawan kotak kosong di 12 wilayah di Jawa Tengah untuk Pilkada serentak tahun 2024. Hal ini seperti mengulang Pilkada 2020, yang mana terdapat 6 kabupaten di Jawa Tengah yang melawan kotak kosong.

Optimisme tersebut nampak mulai terwujud. Di Sukoharjo, seluruh partai politik yang memiliki kursi di DPRD telah bersepakat mengusung bakal pasangan bupati petahana Etik-Eko. Dengan bergabungnya seluruh partai parlemen saat ini, terbuka lebar pasangan Etik-Eko akan melawan kotak kosong.

Sementara hingga hari ini, bakal calon bupati independent yaitu Tuntas-Djayendra masih belum memenuhi verifikasi faktual oleh KPUD Sukoharjo. Hal ini pun lantas ditanggapi sumir oleh sebagian elemen masyarakat.

Langkah koalisi partai parlemen yang mengusung Etik-Eko mengindikasikan lemahnya sistem politik di Sukoharjo. Sejatinya, memang, demokrasi di Sukoharjo sangat lemah. Fakta dari seri-seri pileg maupun pilkada menunjukkan bahwa telah terjadi overdominasi politik.

Sementara itu, partai-partai lain tidak cukup kuat secara politis sebagai oposisi maupun setidaknya memberikan harapan adanya nuansa perubahan dan regenerasi politik.

Overdominasi politik adalah suatu bentuk perusakan demokrasi sekaligus menggerus moral dan integritas masyarakat. Bornstein (2005) dalam Encyclopedia of Social Measurement menyebutkan, overdominasi politik mencetuskan kebijakan represif dalam bentuk administratif maupun manajerial.

Pemimpin yang lahir dari hasil over dominasi politik cenderung menggunakan politik untuk menekan lawan-lawan politiknya, memanipulasi masyarakat, dan menciptakan kesejahteraan palsu guna melanggengkan kekuasaannya.

Pola overdominasi ini sejatinya telah tampak di beberapa daerah di Jawa Tengah. Sebagaimana yang terjadi di Klaten, Sragen, dan Sukoharjo. Di Klaten, terjadi overdominasi politik yang berputar-putar antara dua keluarga mantan bupati Haryanto Wibawa dan Sunarna, yang kemudian berlanjut ke Sri Mulyani dan Sri Hartini yang notabene adalah istri mereka.

Sementara di Sragen, overdominasi nampak pada kontestasi Pilkada 2024 ini, diperkirakan akan terjadi pertarungan antar trah Untung, yaitu Untung Wibowo versus Untung Wina, untuk menggantikan posisi Untung Yuni yang telah menjabat dua periode.

Overdominasi di Sukoharjo mengemuka ketika Pilkada 2020. Setelah menjabat 2 periode, Bupati Wardoyo Wijaya digantikan oleh Etik Suryani yang notabene adalah istri Wardoyo.

Berita Lainnya

Berita Terkini